OLEH:
WANTI SIMANJUNTAK, S.Pd.,M.Pd
Kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan secara
tersistem dan terprogram di dalam kelas oleh guru sebenarnya dapat saja
kita ketahui tingkat keberhasilannya dari proses komunikasi yang
terjalin. Bahwa, proses belajar dan mengajar yang terjadi di kelas
merupakan proses komunikasi antara guru dan peserta
didik. Dan, komunikasi yang lancar mempunyai andil yang cukup besar
dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru.
Sebagai sebuah proses transfer pengetahuan (transfer of
knowledge), proses pembelajaran pada kenyataannya tidak hanya tergantung
pada penguasaan materi pembelajaran oleh sang guru. Guru yang menguasai
materi pembelajaran secara tuntas tidak selalu menjadi tanggungan bahwa
proses pembelajarannya akan berhasil.
Penguasaan materi pembelajaran hanyalah salah satu aspek
yang harus dipunyai oleh seorang guru agar dapat mengajar dengan lancar
dan tidak menjadikan anak didik kebingungan saat menghadapi kesulitan.
Tetapi hal sesungguhnya yang sangat berperan adalah bagaimana komunikasi
pendidikan tersebut dijalankan, bagaimana proses transfer pengetahuan
dan keterampilan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pembelajarannya.
Oleh karena itulah, maka kita perlu menyadari bahwa
komunikasi atau bagaimana seorang guru mengkomunikasikan materi
pembelajaran kepada peserta didik menjadi salah satu kondisi yang sangat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Semakin baik proses
komunikasi, maka semakin baik peserta didik menerima penyampaian materi
tersebut dan selanjutnya pemahaman peserta didik akan meningkat.
Berlo
mengatakan bahwa komunikasi adalah sebagai berikut : “today we might
define communication simply by saying that it is the sharing of an
orientation toward a set of informational signs”. Dari apa yang
dikemukakan oleh Schramm di atas dapat dikatakan bahwa hakikat
komunikasi adalah penyampaian pesan dengan menggunakan lambang (simbol)
tertentu, baik verbal maupun non verbal, dengan tujuan agar pesan
tersebut dapat diterima oleh penerima (audience). Dengan demikian
hakikat komunikasi adalah “sharing” yang artinya pesan yang disampaikan
sumber dapat menjadi milik penerima, atau dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran dikatakan agar pesan pembelajaran yang disampaikan guru
dapat diserap oleh peserta didiknya.
Guru sebagai komunikator harus
memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau
komunikan. Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk
berkomunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung
(media). Setelah itu guru harus menyesuaikan topic/tema yang sesuai
dengan umur si komunikan, juga harus menentukan tujuan komunikasi/maksud
dari pesan agar terjadi dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan
yang diinginkan.
Pembelajaran terwujud dalam bentuk
interaksi timbal balik secara dinamis antara guru dengan siswa dan atau
siswa dengan kondisi belajarnya. Guru pada saat tertentu berposisi
sebagai perangsang atau stimulasi yang memancing siswa untuk bereaksi
sebagai wujud aktivitasnya yang disebut belajar. Pada saat yang lain
guru bereaksi atas aksi-aksi yang diperbuat siswa. Interaksi diantara
kedua belah pihak berjalan secara dinamis bertolak dari kondisi awal
melalui titik-titik sepanjang garis kontinum hingga akhir kegiatan
pembelajaran.
Interaksi dinamis guru-siswa dalam
pembelajaran dapat terwujud dalam berbagai bentuk hubungan. Interaksi
guru-siswa dapat mengambil bentuk hubungan langsung, yakni interaksi
secara tatap muka. Dalam bentuknya yang lain hubungan guru-siswa
bersifat tidak langsung, yakni melalui perantaraan media pembelajaran
seperti paket belajar, modul pembelajaran, penyelesaian tugas-tugas
terstruktur, dan sejenisnya. Di samping itu
interaksi guru-siswa terealisasi pula melalui hubungan yang bersifat
campuran. Meskipun guru telah memanfaatkan media pembelajaran, tetapi
guru tetap hadir dalam pembelajaran.
Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus komunikasi. Sedikitnya menurut Heinich
ada empat pola arus komunikasi: (1) komunikasi guru-siswa searah, (2)
komunikasi dua arah — arus bolak-balik–, (3) komunikasi dua arah antara
guru-siswa dan siswa-siswa, (4) komunikasi optimal total arah. Arus
komunikasi dalam pembelajaran ada pula yang membedakan kedalam dua
jenis, yakni one way traffic comunication dan two way traffic
comunication.
Pengaturan materi dapat
dibedakan menjadi tiga sifat, yakni implisit, eksplisit, dan implikatif.
Pengaturan materi secara implisit yakni pengaturan materi yang bersifat
terselubung, komunikasi tersirat dibalik yang
tersurat. Sedangkan pengaturan secara eksplisit, bila mana makna isi
komunikasi, tersurat secara lahiriah atau tekstual. Sementara pengaturan
secara implikatif, yakni pengaturan materi komunikasi yang maknanya
hanya dapat ditemukan dari apa yang tersorot oleh proses komunikasi
tersebut.
Sumber :
Heinich, Robert, Michael Molenda, Jamaes D. Russell, Instructional Media and The New Technologies of Instruction, New York: John Wiley & Sons, Inc., 1982
Berlo, David K., The Process of Communication, New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc., 1960
Effendy,Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung: Penerbit Remaja Karya CV, 1986
Dale, Edgar, Audio-Visual Methods in Teaching, New York : Holt, Rinehart and Winston, 1969
Tidak ada komentar:
Posting Komentar